Dan sahabat Abu Ayyub Al-Anshari Radhiyallahu ‘Anhu meriwayatkan bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ
“Barangsiapa yang puasa Ramadhan kemudian ia mengikutinya dengan puasa 6 hari dibulan Syawal maka seakan-akan ia puasa sepanjang tahun.”
Penjelasan Syaikh Prof. Dr. ‘Abdurrazzaq bin ‘Abdil Muhsin Al-‘Abbad Al-Badr :
Penulis kitab ini Rahimahullah menyebutkan hadits yang berkenaan dengan keutamaan puasa 6 hari dibulan Syawal. Dan hadits ini adalah hadits yang shahih, benar dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan tidak perlu kita menoleh kepada orang-orang yang meragukan kebenaran hadits ini. Karena hadits ini adalah hadits yang shahih (benar) tentang keutamaan puasa 6 hari dibulan Syawal dan tidak disyaratkan 6 hari ini dilakukan secara terus-menerus. Akan tetapi boleh dipisah. Bisa dilakukan di awal Syawal atau di pertengahan Syawal atau di akhir Syawal, maka tidak mengapa. Yang penting puasa 6 hari tersebut semuanya di bulan Syawal.
Nabi kita ‘Alaihish Shalatu was Salam menyebutkan pahala yang besar ini dengan mengatakan:
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ
“Barangsiapa yang puasa Ramadhan kemudian ia mengikutinya dengan puasa 6 hari dibulan Syawal maka seakan-akan ia puasa sepanjang tahun.”
Hal ini dikarenakan satu kebaikan akan ditulis pahala 10 kebaikan dan satu tahun jumlah harinya adalah sebanyak 360 hari. Maka puasa Ramadhan sebanding dengan puasa 300 hari. Karena satu kebaikan dituliskan 10 pahala dan puasa 6 hari dibulan Syawal sebanding dengan puasa 60 hari. Karena satu kebaikan yang dikerjakan maka pahalanya ditulis dengan 10 kebaikan.
Sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, “Maka seakan-akan ia puasa sepanjang tahun.” Karena apabila ada seorang yang setiap tahun ia berpuasa Ramadhan kemudian puasa 6 hari dibulan Syawal maka seakan-akan sepanjang zaman ia berpuasa. Karena satu kebaikan pahalanya adalah 10 kebaikan.
Baca Juga : Tentang Puasa Muharram
KEUTAMAAN 10 HARI PERTAMA DI BULAN DZULHIJJAH
Sahabat Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘Anhu meriwayatkan bahwasannya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
مَا مِنْ أَيَّامٍ الْعَمَلُ الصَّالِحُ فِيهِنَّ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ هَذِهِ الْأَيَّامِ الْعَشْرِ فَقَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَلَا الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَلَا الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ إِلَّا رَجُلٌ خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ فَلَمْ يَرْجِعْ مِنْ ذَلِكَ بِشَيْءٍ
“‘Tidak ada hari-hari yang amal shalih pada hari-hari tersebut lebih dicintai oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala melebihi 10 hari pertama di bulan Dzulhijjah’ Maka para sahabat bertanya, ‘Wahai Rasulullah, apakah amal tersebut lebih baik dibandingkan dengan jihad dijalan Allah Ta’ala?’ Maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, ‘Amal shalih pada hari-hari tersebut lebih utama daripada berjihad dijalan Allah, kecuali seorang yang keluar berjihad membawa hartanya dan berangkat sendiri berjihad dan tidak kembali lagi.'” (HR. Bukhari)
Penjelasan Syaikh Prof. Dr. ‘Abdurrazzaq bin ‘Abdil Muhsin Al-‘Abbad Al-Badr :
Penulis kitab ini Rahimahullah menyebutkan hadits yang umum tentang keutamaan amal shalih pada 10 hari pertama di bulan Dzulhijjah. Dan penyebutan hadits ini dalam bab keutamaan puasa karena diantara bentuk amal shalih yang dianjurkan untuk dikerjakan pada 10 pertama di bulan Dzulhijjah yaitu berpuasa. Karena puasa adalah salah satu amal shalih.
Mari Simak selengkapnya Penjelasan Singkat Keutamaan Puasa Syawal dan Puasa Bulan Dzulhijjah adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan kitab Kifayatul Muta’abbid wa Tuhfatul Mutazahhid. Pembahasan ini disampaikan oleh Syaikh Prof. Dr. ‘Abdurrazzaq bin ‘Abdil Muhsin Al-‘Abbad Al-Badr pada 29 Shafar 1441 H / 28 Oktober 2019 M.:
<<SUMBER